Selasa, 29 Januari 2019

Hai!

Hai,
Kabarku baik.
Itu bila kamu ingin tahu.
Terima kasih sudah menyapaku tiba-tiba.
Membuat hatiku terguncang kembali.
Selalu saja seperti itu.
Ketika aku sedang disibukkan dengan segala hal, kecuali dirimu, kemudian kamu muncul dengan tiba-tiba.
Ku kira, sapamu tak akan membuat kamu kembali ke pikiranku.
Ternyata kamu kembali.
Walau sekarang aku mampu mengatasinya, tapi tetap saja kamu ada disana.
Mungkin ini hanya dampak kesepian yang aku alami.
Walaupun dikelilingi banyak orang, tetap saja aku butuh seseorang disampingku, menjadi tempatku bertukar pikiran, berkeluh kesah, dan berkasih sayang.
Yaa mungkin aku hanya kesepian.
Atau aku memang rindu kamu?
Tak paham lah aku.

Minggu, 27 Januari 2019

Selesai.

Aku menyukai seseorang yang baru ku kenal selama 2 hari. Saat bersama dengannya aku tak sadar aku menyukainya. Tetapi setelah dia tidak bersama ku lagi, aku seperti merasa ingin terus dekat dengannya.

Aku tak pernah berani untuk memulai percakapan dengannya terlebih dahulu.
Aku tak pernah berani untuk menyapanya terlebih dahulu.
Aku tak pernah berani melakukan apapun untuk membuatnya dekat denganku.

Mungkin bisa dibilang aku tidak berusaha.
Tapi aku paham kemampuanku sendiri.
Lagipula, aku bukanlah orang yang ku rasa dia akan suka. Dia tak mungkin merasakan apapun juga.

Saat beberapa waktu lalu dia kabarkan kepadaku bahwa dia ada di daerah tempatku tinggal sekarang, aku merasa senang sekali. Aku merasa punya kesempatan kedua untuk membuat dia mungkin terkesan atau tertarik padaku.

Nyatanya takdir berkata lain dan kita tak bisa bertemu.
Sudah.
Berakhir pula percakapan kita.

Seketika semua bayangan di kepala hilang.
Aku paham.
Semua tak mungkin.

Rabu, 23 Januari 2019

Rasa Takut


Aku tak mengerti.
Apakah ada orang lain sepertiku?

Aku selalu takut untuk memulai suatu hal baru, takut sekali, walaupun pada kenyataannya sebenarnya aku bisa beradaptasi terhadap sesuatu ataupun keadaan dengan baik.

Aku selalu berpikir terlalu jauh, yang bahkan dapat menghancurkan aku saat itu juga sehingga aku tidak memulai hal tersebut.

Aku tidak bisa menahan rasa takut itu, aku tidak bisa berbagi rasa takut, kata demi kata dari orang-orang terdekat bahkan tidak dapat menanggulangi rasa itu.

Aku juga tak mengerti, rasa itu benar-benar harus dihadapi dan dijalani, walaupun pada akhirnya ada rasa takut lainnya yang akan muncul kembali. Terus seperti itu siklusnya.

Aku benar-benar baru sadar akhir-akhir ini ketika aku berkutat dengan skripsi di tahun akhir kuliah. Dan ternyata aku juga baru sadar aku sering sekali mengalami hal ini, walaupun menurutku yang terberat adalah saat ini.

Kedengarannya seperti hal yang biasa,
Sepertinya orang lain juga mengalaminya,
Tapi untukku ini beda,
Orang-orang tidak butuh waktu lama untuk akhirnya menghadapi rasa tersebut,
Aku harus. Aku butuh waktu yang lama untuk akhirnya menghadapi hal tersebut.


Kenangan?


Beberapa waktu lalu, aku iseng mencari jejak tumblr ku, yang bahkan aku lupa password buat loginnya dan sudah tidak bisa ku buka lagi. 
Ternyata ketemu juga!

Aku cuman bisa ketawa baca isinya.
Yaa. Aku pernah segalau itu menulis tentang seseorang, aku pernah sesayang itu sama seseorang.
Tapi lihat sekarang, aku bisa berdamai dengan hal tersebut.
Aku tidak menangis melihatnya, malah tertawa.
Iya, itu kenangan. Kenangan indah dimana aku jatuh hati pada masa SMA.
Dan sudah tidak ada lagi hal yang perlu ditangisi karena aku sudah berdamai dengan diriku sendiri tentang hal tersebut.

Aku ingin merasakan itu juga kepada seseorang yang tidak pernah hilang dari pikiranku semenjak berakhirnya hubungan kita 2 tahun lalu. 
Aku sudah melewati masa galau berlebihan, maksudku, masa dimana aku menangis ketika membaca sesuatu darinya atau melihat fotoku bersamanya. 
Sekarang, aku di masa tidak ingin membaca atau melihat tentangnya sama sekali.
Karena sejujurnya aku tidak tahu aku sudah kuat atau belum. 
Aku tidak tahu aku akan tertawa ketika melihat hal-hal tersebut atau malah kembali ke titik nol, menangisinya kembali.


Aku cuman ingin benar-benar menikmati perjalanan hatiku ini.
Semoga pada saatnya tiba, aku benar-benar bisa menertawakan masa laluku tersebut dan mengenangnya secara indah. 

Minggu, 20 Januari 2019

Pendengar?

Orang bilang, semakin bertambah umur kita maka akan semakin kecil lingkaran pertemenan kita.
Aku sangat setuju!

Ku kira perkuliahan akan memperkenalkan ku dengan banyak sahabat. Bayanganku sebelum kuliah adalah punya banyak sahabat dari berbagai fakultas, dari berbagai jurusan. Tapi nyatanya 3,5 tahun aku di Semarang, aku memang banyak kenal dengan orang, sebagai teman bukan sahabat.

Hanya beberapa dari orang-orang yang ku kenal yang aku bisa berbagi cerita dengannya. Yaa walaupun beberapa dari orang itu juga hanya peduli dan hanya mau didengar tanpa mau mendengarkan.
Entah hanya aku yang tak mau mencoba berbagi cerita dengan mereka, atau memang mereka gak peduli aja dengan ceritaku.

Kadang ada juga yang aku merasa benar-benar cocok dengannya. Aku merasa dia akan mendengarkan ku, baik itu ceritaku ataupun nasihatku. Tapi nyatanya tidak, mereka hanya pura-pura mendengarkan.

Hal tersebut tidak ku alami saat SMP ataupun SMA. Yaa karena saat itu aku tinggal di boarding school dengan lingkup yang kecil, dimana kita saling bergantung satu sama lain. Perkuliahan tidaklah begitu, aku harus benar benar mengenal mereka sampai aku yakin akan menceritakan semua hal tentang diriku.

Tapi pada akhirnya aku hanya punya beberapa yang benar-benar tau tentang aku. Mereka yang benar-benar paham betul aku dan segala cerita tentang aku. Selebihnya tidak.

Yaa, mungkin memang aku saja yang memilih untuk menjadi pendengar di antara mereka. Walaupun kadang aku ingin sekali didengarkan.

Menjadi pendengar sangatlah menyenangkan, aku rasa. Tapi kadang si pendengar ingin sekali didengar, bukankah si pendengar juga punya masalah dan ingin pula berbagi?
Aku pernah punya satu orang yang benar-benar ku percaya segala hal tentang aku, tapi orang itu telah pergi dari hidupku. Lebih tepatnya aku lebih memilih untuk tidak lagi berbagi cerita dengannya karena beberapa alasan. Sehingga aku tak tahu lagi harus bercerita ke siapa, aku hanya tak begitu mudah percaya lagi kepada orang-orang.

Menyimpan semua hal di dalam otak dan pikiran kita sendiri memang tidaklah mudah. Tapi aku sudah mencobanya. Tak tahu itu berhasil apa tidak, tapi sampai sekarang aku pikir aku masih baik-baik saja. 

Jumat, 18 Januari 2019

HELLO 2019!

Banyak harapan yang ku Aamiin-kan pada awal tahun 2019. Untukku, hidupku, karirku, keluargaku, dan juga untuk orang-orang disekitarku.

Banyak banget hal yang harus diubah dari diriku sendiri. Baik sifatku, sikapku, maupun pandanganku terhadap sesuatu.

Satu hal yang paling penting,
Aku harus bisa belajar mengahadapi ketakutan-ketakutanku. Mungkin sebagian orang yang mengenalku, akan menilai ku sebagai orang yang tidak mudah takut terhadap sesuatu.

Tapi aku punya ketakutan, atau lebih seperti pikiran-pikiran yang muncul setiap sebelum aku melakukan suatu hal. Ketakutan ini ga bisa aku ungkapin ke sembarang orang, ketakutan ini ga bisa aku ceritakan kepada orang yang terdekat sekalipun. Karena aku tau, mereka tidak akan mengerti apa yang aku rasakan. Tidak ada yang akan benar-benar mengerti maksud dari rasa takutku.

Dan alasan lainnya adalah kadang aku tidak mau terlihat lemah oleh orang lain. Aku ingin dilihat dapat mengatasi semua masalahku sendiri dengan baik. Walaupun kadang itu melelahkan tapi aku harus.

Ketakutan ini kalau terlalu lama ada di dalam diri aku, ga akan menjadikan aku yang lebih baik nantinya. Aku tau rasa takut ini nntinya akan menghalangi beberapa hal yang ingin aku capai.
Solusi nya adalah aku harus menangani rasa takut ku sendiri. Aku harus bisa menguasai rasa takut itu. Bukan rasa takut yang menguasai diriku.

Semoga semua hal bisa berjalan dengan baik.
Semoga apa yang ku cita-citakan di tahun ini tercapai semua.
Semoga aku selalu bisa membuat orang-orang disekitarku tersenyum.
AAMIIN YAALLAH.